Sabtu, 29 Mei 2010

Manusia dan harapan - Gairah mengatasi Kesulitan

Apakah Anda pernah merasa seperti sedang tenggelam dan sepertinya tidak ada yang benar di sekitar kita? Semuanya terasa serba salah, serba sulit, dan serba membingungkan.tapi saya disini akan mencoba untuk membantu anda dalam hal berbagai kesulitan.

Dalam film Forrest Gump, Tom Hanks pernah berkata, “Hidup adalah seperti sekotak coklat, kau tidak tahu apa yang akan Anda dapatkan.” Hidup ini penuh dengan misteri yang tidak diketahui, ketidakpastian, terlalu banyak kejutan, kesulitan yang harus dialami dan ketakutan yang harus ditaklukkan. Tapi apakah Anda setuju bahwa hidup ini selalu tidak pasti? Bukankah takdir Tuhan sudah cukup membuktikan bahwa hidup ini sudah pasti dan sudah ada jalannya? Tapi mengapa kesulitan demi kesulitan saja yang selalu kita temukan? Apa ada yang salah dengan diri kita? Lalu bagaimana cara mengatasinya ?

Langkah pertama untuk berkembang menjadi orang yang lebih baik adalah untuk menghadapi kesulitan-kesulitan pribadi Anda dan percaya bahwa Anda bisa melompati setiap rintangan di jalan untuk mencapai kemajuan.

Dalam mengatasi kesulitan pribadi tersebut, Anda harus mengubah bentuk kebiasaan yang berbeda, setidaknya Anda tidak mengulang kembali siklus kehidupan yang sama sehingga sesuatu yang menyebabkan munculnya kesulitan tersebut tidak muncul kembali atau bisa diminimalisir.

Terus terang, 6 tips untuk mengatasi kesulitan pribadi berikut ini juga jelas berlaku untuk diri saya, karena kehidupan yang semakin meradang terkadang membuat kebosanan dan rasa malas kembali muncul dan membuat sulit hidup kita sendiri. Jadi, semoga tips ini pun bermanfaat bagi Anda.

Tips #1 Berurusan dengan “bagaimana jika”
Pertanyaan-pertanyaan tertentu cenderung masuk ke pikiran kita ketika mengalami kesulitan, misalnya, “bagaimana kalau ada yang lebih parah? Bagaimana jika saya tidak pernah menemukan jawabannya? Bagaimana jika saya tidak seharusnya melakukan ini? Bagaimana jika saya tidak berada di sini? Bagaimana jika saya gagal? Bagaimana jika saya tidak menyukai?” dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya berasal dari rasa takut yang tidak diketahui. Buatlah keputusan hari ini untuk berurusan dengan “bagaimana jika ini dan itu”. Masalah akan tetap ada, sementara rasa takut atau khawatir atau rasa cemas dengan ungkapan “bagaimana jika begini begitu”, membuat Anda tidak akan beranjak kemana pun. Akan ada saat-saat ketika sesuatu yang salah dan seharusnya tidak perlu menyalahkan diri sendiri atau pun orang lain bahkan hingga mengumpat atau kesal.

Jadi, stop ber-“bagaimana jika” !

Tips #2 Belajar untuk menjadi kuat
Belajar untuk menangani kesulitan secara matang, membuat kita lebih mampu berpikir yang tepat untuk melihat hal-hal yang bergerak ke arah yang positif. Kita mampu menghadapi tantangan ini karena kita menolak untuk membiarkan awan pesimisme dalam pikiran kita. Menjadi kuat memerlukan tekad, ketegasan dan kekuatan untuk menjaga fokus kita pada hasil, bukan pada prosesnya. Niatkan dan bulatkan tekad diri kita kepada hasil yang akan kita dapatkan, bukan kepada proses yang akan dijalani.

Tips #3 Bangun Pengalaman
“Pengalaman adalah guru yang hebat.” Biarkan setiap kejadian positif atau negatif menandai proses pembelajaran yang signifikan dalam hidup Anda. Ambil hikmah dan pengetahuan yang berharga dari berbagai pengalaman Anda. Satu-satunya tujuan dari setiap pengalaman yang didapat, adalah untuk membuat Anda orang yang lebih baik yang bisa hidup dengan percaya diri menghadapi apa pun yang ditawarkan.

Tips #4 Buat Jaminan Keamanan atas Diri Anda sendiri
Ketidakamanan tidak mempunyai tempat dalam permainan kehidupan. Belajar mencintai / menghargai diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan Anda. Mampu memberikan sedikit arti penting bagi diri Anda sendiri akan memungkinkan Anda menilai apa yang Anda miliki, apa yang perlu Anda dapatkan dan bagaimana Anda bekerja keras mencapai hal ini.

Meremehkan kemampuan Anda akan membuat Anda menjadi orang malang yang tidak punya jaminan keamanan sendiri. Dengan menerima siapa diri Anda, apa yang Anda miliki, keyakinan dalam diri Anda, maka Anda dapat dengan mudah berpindah menjadi orang terkenal.

Tips #5 Berbagi ketakutan
Kita menjadi takut gelap secara tidak sadar karena kita telah mendengar cerita tentang Count Dracula yang mengisap darah atau zombie. Ketakutan adalah BENAR-BENAR DIBUANG ketika kita percaya hal-hal seperti itu tidak ada. Dalam konteks persahabatan, jika kita telah mengembangkan kepercayaan kepada individu-individu tertentu, kita tidak takut untuk mencurahkan “sekam dan biji-bijian bersama”, dengan rasa takut dinilai atau semakin kecewa. Kita tahu kita akan merasa lebih baik karena teman yang dipercaya adalah tempat berkumpul yang kita inginkan di masa-masa sulit. Kita akan selalu butuh orang yang bisa kita percaya, yang menerima kita sebagai individu dengan ketidaksempurnaan.

Berupaya untuk mencari nasihat yang bijaksana karena keadaan yang terlihat dalam perspektif yang berbeda akan memberikan beberapa wawasan yang berbeda dan mungkin lebih mencerahkan.

Berbagi masalah dengan orang yang Anda percayai adalah terapi yang baik dan akan melepaskan bendungan yang terpendam jauh di dalam hati Anda serta dapat menjaga emosi Anda yang berlebihan.

Tips #6 Action, bergeraklah!
Sekali Anda telah mengakui akar masalah, merumuskan rencana tindakan yang akan membantu Anda menemukan solusi. Hati-hati mempertimbangkan setiap pro dan kontra. Ingatlah untuk melangkah ringan terlebih dahulu, satu kesalahan kecil mungkin akan membawa Anda kembali ke titik awal.

Jadilah berani oleh fakta bahwa Anda telah mempersenjatai diri dengan tekad dan kekuatan pikiran untuk melampaui kesulitan yang Anda hadapi. Juga ingat Anda tidak boleh melupakan tujuan hidup Anda.

Jika Anda merasa terganggu dengan apa yang telah Anda tetapkan di awal, maka Anda mungkin menemukan kesulitan untuk kembali ke dalam skema tertentu.

so keep u'r figthing in u'r life...

ok...^^

have fun....^^

Manusia dan harapan - Kepercayaan Diri

pada suatu hari ada seorang pengusaha yang cukup terpandang di sebuah kota. Suatu ketika, dia ingin pergi berlibur ke desa kelahiran ayahnya untuk istirahat sejenak dari kepenatan pekerjaan. Selain rehat sejenak, di sana ia juga ingin menemui kakeknya yang masih tinggal di desa tersebut.

Ia ingin mengunjungi kakeknya karena memang hubungan di antara mereka cukup dekat, meski belakangan ini mereka jarang bertemu. Tak jarang, bila sedang dirundung masalah, si pengusaha muda mencari dan mendapat banyak nasihat dari kakeknya.

Sesampai di desa tersebut, setelah berkangen-kangenan sejenak, si kakek segera bisa menangkap maksud kedatangan cucunya. Itu terlihat dari sikap dan raut wajah cucunya. Sunggingan senyum yang seperti dipaksakan di wajah cucunya tak bisa menyembunyikan raut kegelisahan.

Maka, keesokan pagi, tanpa basa-basi, kakek pun segera menegur sang cucu di tengah percakapan mereka. "Cucuku. Kedatanganmu kemari pasti ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan kakek. Ayo, tidak perlu basa-basi lagi, ceritakan saja kepada kakekmu ini. Biarpun sudah tua begini, kakekmu belum pikun dan masih bisa menjadi tempat curhatmu seperti dulu."

Sambil tersenyum malu si pemuda menjawab, "Kakek memang hebat. Tidak ada persoalan yang bisa kusembunyikan. Begini kek, Kakek kan tahu, usahaku saat ini cukup maju. Semua hasil yang kuperoleh adalah berkat modal dan bimbingan ayah kepadaku. Kakek juga tahu, aku menikahi istri yang cantik dan pandai. Di sekolah dulu, dia selalu menjadi juara dan primadona. Sekarang pun berkat bantuannya, banyak proyek yang bisa kita dapatkan sehingga usaha kita berkembang semakin besar. Tapi..." Tiba-tiba si pemuda terdiam sejenak, tak meneruskan kalimatnya. Ia hanya terlihat menerawang.

Kakeknya pun kemudian menyela. "Bukankah semua yang kamu ceritakan tadi bagus adanya? Kakek belum mengerti masalahmu ada dimana?" Kejar si kakek yang ingin tahu apa yang membuat cucunya terlihat gelisah.

"Jujur saja Kek. Saya merasa tidak percaya diri, bahkan minder bila berhadapan dengan orang asing. Saya merasa, hasil usaha yang telah dicapai adalah karena kontribusi orang-orang di sekitar saya. Dan, sepertinya orang-orang pun menilainya begitu. Saya hanyalah sekadar orang yang beruntung, berada di tempat dan saat yang tepat serta mempunyai pendamping yang tepat pula. Sungguh, saya merasa tertekan dengan kondisi itu," kata si pemuda menunduk lesu.

"Cucuku. Coba pikir baik-baik. Seperti katamu tadi, kamu berhasil karena berada di tempat, saat, dan dengan pendamping yang tepat dan benar. Nah, jika tempat, waktu dan pendamping itu tanpa adanya dirimu sendiri, apakah ada keberhasilan ini? Justru kunci suksesnya ada di dirimu sendiri, cucuku..."

Mendengar jawaban tersebut, si pemuda pun merenung sejenak. Tiba-tiba, ia pun berseru, "Waduh Kek... Saya kok tidak pernah menyadari hal ini sebelumnya ya? Semua keberhasilan ini tanpa saya tidak akan ada. Terima kasih atas pelajarannya kek. Sekarang saya merasa jauh lebih baik dan lebih percaya diri."

Pembaca yang budiman,

Sungguh, kita akan sangat menderita jika kita terbenam dalam sikap rendah diri hingga tak punya kepercayaan diri. Padahal sejatinya, di manapun dan kapan pun kita berada, jika kita menyadari hakekat kemampuan diri, pastilah masing-masing kita memiliki peranan, tanggung jawab dan prestasi yang sudah dikerjakan.

Memang, tidak ada sesuatu prestasi yang luar biasa yang bisa tercipta tanpa bantuan orang lain. Namun, kita juga harus memiliki citra diri yang sehat, mampu menghargai diri sendiri serta dapat membangun kepercayaan diri dengan usaha yang telah kita buktikan.

Dengan mengembangkan citra diri yang positif, maka kita akan memiliki pula, yakni kepercayaan diri yang sehat, bisa menghargai orang lain dan diri sendiri, dan mampu menempatkan diri di mana pun kita bergaul dengan simpatik, gembira dan menyenangkan. Dengan begitu, kebahagiaan akan selalu kita dapatkan.

Manusia dan Kegelisahan - Ketidakpastian

Minggu lalu saya membaca sebuah catatan yang dibuat oleh salah seorang terkenal di kota saya. Selain sebagai pejabat di Propinsi Kalimantan Timur, Beliau juga adalah Rektor sebuah universitas.

Tulisan itu tentang ketidakpastian dalam hidup, mungkin karena saat ini Beliau sedang menghadapi cobaan yang cukup berat maka catatan itu dibuat. (Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir bathin untuk Beliau dan keluarga serta memberikan jalan keluar dari masalah tersebut)

Kita semua pasti setuju bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita selalu beriringan dengan satu hal yang namanya KETIDAKPASTIAN. Pada dasarnya kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita dimasa yang akan datang. Tidak usah sampai satu bulan atau satu tahun yang akan datang, beberapa menit kedepan pun kita tidak bisa memperkirakan apa yang bakal terjadi.

Semua kemungkinan bisa terjadi, sebuah kegagalan, datangnya musibah didalam keluarga, bencana alam bahkan kematian, kita tidak pernah tahu dengan pasti kapan datangnya.

Demikian juga sebaliknya kita tidak bisa memastikan secara pasti tentang keberhasilan, pencapaian ataupun kesuksesan.

Ada banyak nasehat yang mengatakan bahwa untuk meminimalkan ketidakpastian maka yang bisa kita lakukan adalah MEMBUAT PERENCANAAN DAN PERSIAPAN YANG BAIK.

Baiklah, kita mungkin bisa membuat perencanaan tentang sebuah kesuksesan dengan menyusun sebuah persiapan dan tindakan-tindakan dengan teliti serta detail. Atau paling tidak dengan perencanaan itu kita bisa memperkecil terjadi kegagalan. Tetapi tetap saja kepastian seratus persen itu belum tentu bisa kita dapatkan.

Manusia dalam perhitungannya mencoba menyebutkan selisih antara rencana dan kenyataan ini dengan sebutan penyimpangan atau deviasi, itu adalah proses ilmiah untuk membenarkan adanya sesuatu yang unpredictible.

Sebagai umat beragama, maka kita bisa meyakini bahwa dari setiap ketentuan Allah akan selalu ada hikmah baiknya.

Bisa kita bayangkan seandainya KETIDAKPASTIAN tidak pernah ada dan yang ada hanyalah KEPASTIAN, pastinya akan mengerikan. Kita tahu secara pasti kapan datangnya suatu musibah atau kita akan mengetahui sejak awal bahwa usaha kita pasti akan mengalami kegagalan, bahkan kita bisa mengetahui dengan pasti kapan waktunya kematian datang menjemput kita.

Tentunya manusia akan malas untuk berusaha, takut untuk mencoba dan selalu terpuruk dalam rasa putus asa atau mungkin saja menjadi stress dan depresi karena bayangan kegagalan dan hal-hal buruk yang telah kapan datangnya.

Maka hikmah dari KETIDAKPASTIAN adalah untuk mengingatkan kita agar selalu ingat kepada Sang Pencipta, agar selalu sadar bahwa usaha tidak akan bisa terjadi Ijin dan tanpa Kehendak serta Ridha-NYA. Dengan demikian akan timbul keikhlasan dan ketenangan, tawakal dan sabar terhadap segala kemungkinan. Sehingga rasa tertekan dan depresi karena ketidak pastian itu bisa dihilangkan.

Ketidakpastian menuntun manusia agar selalu membuat perencanaan dan mempersiapkan dirinya dalam setiap usaha dan upaya, selalu ingat untuk mengevaluasi dan instrospeksi diri, selalu memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, karena manusia tidak bisa menyelesaikan segala masalahnya sendiri, manusia memerlukan orang lain.

Ketidakpastian membuat kita peka dengan ancaman dan pandai melihat peluang dan bisa mendorong manusia untuk tegar dan kuat sehingga mampu bertahan dalam krisis kehidupannya.

Jadi intinya KETIDAKPASTIAN adalah tanda cinta kasih Tuhan kepada seluruh mahluk-NYA. Agar manusia terus mempunyai ASA & HARAPAN serta terus ber SEMANGAT memperjuangkan kehidupannya.

jadi semangat terus yah teman-teman....^^

Manusia dan Kegelisahan - Kesepian

Pernahkan anda menemui orang-orang yang kesepian? Orang tersebut merasa ngeri dan tersiksa. Mereka tidak bahagia. Wajah mereka selalu masam dalam menyikapi kehidupan. Mereka tidak berusaha mencari dan memahami sebab-sebab kesepiannya, tetapi mereka cenderung menyalahkan orang lain. Sebaliknya seringkali mereka malah mengatakan bahwa orang lan itulah yang tidak bersahabat dan tidak mencintainya. Seringkali, seorang gadis yang tidak menikah merasionalisasi keadaannya dengan mengatakan bahwa kencan dan pergi dengan laki-laki tak ada gunanya karena kebanyakan laki-laki itu “buaya”. Yang lain mengatakan bahwa laki-laki yang mereka jumpai kebanyakan masih ingusan atau terlalu tua atau juga sudah pernah menikah. Pendek kata, selalu saja banyak cacatnya.
Penguin Kesepian

Penguin Kesepian

Demikian pula banyak janda yang tidak dapat bergaul dengan orang-orang yang punya suami atau isteri karena prasangka-prasangka tentang diri mereka sendiri. Akibatnya mereka kesepian. Kesepian lebih merupakan suatu simptom, gejala, dari suatu keadaan. Setiap orang dapat merasa kesepian, baik dia nikah atau tidak, sendirian atau dikerumunan banyak orang. Sebagian besar orang yang kesepian kurang hidup imaginasinya. Mereka kurang dapat menikmati saat-saat hidup mereka sebagai sesuatu yang menyenangkan, kecuali kerja. Mereka kurang terlatih dan tidak mampu bergaul dengan orang lain. Padahal sebenarnya tidak ada alasan bahwa seseorang harus menderita kesepian atau tak punya sahabat. Jadi masalahnya ialah bagaimana orang-orang demikian dapat bergaul dan bersahabat dengan orang lain, bagaimana membuat diri anda menarik bagi orang lain.

Nasihat bagi orang-orang kesepian
Orang-orang yang kesepian perlu menemukan sesuatu yang bersifat konstruktif untuk mengisi hari-hari kosong dan malam minggu mereka. Banyak hal yang dapat dinikmati dari alam ini. Tetapi untuk seseorang yang malas, tidak akan pernah dapat menemukan sesuatu pun yang menarik hatinya. Hobi bisa menjadi sarana pembantu untuk bertemu banyak orang dan untuk membangun persahabatan. Anda dapat masuk salah satu perkumpulan untuk menyibukkan diri dan mengikuti berbagai aktivitas sosial. Salah satu hal yang patut dicoba adalah membuat akun Facebook

:)

Manusia dan Kegelisahan - Keterasingan

Ketika kita berbicara—mengingat-ingat tentang sesuatu yang asing—yang rasanya tidak pernah terjadi di kehidupan kita namun terjadi di kehidupan orang lain, mungkin kita selalu membayangkan ‘kok ada orang yang melakukan atau bersifat seperti itu. Kehidupannya yang selalu dipenuhi misteri’. Misalnya, dapat dicontohkan, ada orang yang kebiasaannya selalu berdiam diri di tempat sepi; kuburan misalnya, atau dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang melakukan segala sesuatu kebutuhannya dengan tangannya sendiri. Hanya kadang-kadang saja berkomunikasi dengan orang lain dan itupun hanya bersifat seputar pertanyaan, perintah atau jawaban yang super singkat.

Pernah suatu ketika, saya berjalan menyusuri sebuah komplek pekuburan. Entah mengapa, rasanya kepala ini harus selalu menengok ke kiri dan ke kanan dan tanpa sengaja melihat bentuk-bentuk kuburan—rumah orang-orang setelah mati yang ada disitu—mungkin, (nanti) kita juga akan memilikinya. Macam-macam kondisi dari kuburan-kuburan itu; ada yang nisannya sudah tidak terbaca—bahkan nisannya hilang—dindingnya yang sudah berlumut—atau sudah menjadi semak belukar karena tidak ada yang merawat lagi, tapi tetap saja ada yang tetap berpenampilan bersih—necis, dindingnya yang berbatu pualam bahkan dibuatkan atap supaya tidak kena panas atau hujan dan tentu saja selalu ada penghuni baru—tanah yang mungkin baru beberapa hari itu dibalunkan—saya tidak tahu pasti, yang jelas bunga-bunga orang mati yang tertabur begitu saja diatasnya masih tercium wangi—menyengat menyentil hidung hingga menghantarkan sesuatu rasa yang ganjil mengalir ke ubun-ubun dan menyebabkan tubuh sedikit bergidik. Memang, suasana kuburan selalu saja menciptakan keheningan yang tidak biasa. Oh ya, walaupun hari itu masih siang, namun karena lokasi pekuburan itu ditumbuhi oleh rumpun-rumpun bambu, menjadikan suasana itu begitu mistis, sehingga cahaya matahari enggan masuk memberi cahayanya kepada para penghuni apalagi yang terbaring di komplek ini.

Suasana itu ditingkahi pula oleh cericit burung-burung yang tidak kelihatan wujudnya—mungkin mereka berlompatan di setiap dahan pohon tinggi yang juga banyak tumbuh di areal komplek “perumahan” ini. Bagi saya, cericit-cericit mereka, seperti dendang selamat datang, dan jingkat-jingkat mereka dari satu pohon ke pohon lainnya seperti tarian penyambutan—dan mungkin saja mereka membentangkan sayapnya seperti hendak merangkul saya, dan mengucapkan ‘selamat datang di komplek perumahan kami’. Persis seperti seorang gubernur yang kedatangan seorang presiden—Apapun dilakukan, agar tamunya senang.

Selentingan kabar mengatakan komplek perumahan orang mati ini sangat angker. Penampakan-penampakan sering terjadi. Kebanyakan mereka yang menampakkan dirinya itu, matinya tidak normal—ada yang dibunuh, ada yang mati gara-gara utangnya menumpuk bahkan ada juga yang mati karena hartanya yang sangat banyak. Dan, seperti biasanya, cerita-cerita mistis seperti munculnya pocong, sundal bolong, genderuwo dan apalah lagi namanya begitu dipercayai masyarakat pada umumnya. Sehingga saya sendiri merasa heran, mengapa bangsa ini terlalu percaya dengan hal-hal yang tidak rasional seperti itu. Mungkin, yang ada ketika sebuah mayat telah masuk liang kubur, cacing-cacing dan semua penghuni koloni tanah siap berpesta menyantap hidangan lezat—daging busuk yang telah ditunggu-tunggu—‘siapkan sendok dan garpu’ mungkin begitulah perintah sang ratu semut—salah satu penghuni tanah dan tak kalah sigapnya dengan belatung yang sudah menyiapkan pisau-pisau tajamnya untuk menyayat kecil potongan-potongan daging busuk dan disantap beramai-ramai. itulah masyarakat Indonesia, yang dari Sabang hingga Merauke tidak pernah lepas dari kepercayaan klenik dan menomorduakan kuasa Tuhan—Allah SWT. Pantas saja, banyak bencana yang terjadi menimpa diri bangsa Indonesia—Nusantara.

Suasana kuburan, seperti menciptakan dunia hiruk pikuknya sendiri—menciptakan ‘pasarnya’ sendiri—dalam diam tentu saja. Tidak ada suara kecuali suara burung, suara jangkrik, kadang-kadang suara pacul yang sahut-sahutan bertemu dengan tanah dan batu-batu kerikil kadang sebongkah yang agak besar, atau decak canda para penggali kuburan, sekedar mencurahkan keluh kesahnya bagaimana deritanya menjadi arsitek rumah mati—kuburan. Mereka hidup dari pengharapannya kepada orang yang baru mati, atau sesekali isak tangis yang mengalun dari orang-orang yang ditinggalkan pergi oleh orang mati atau juga gunjingan yang datang dari para pelayat yang asing dan jijik melihat kematian si fulan yang penuh dengan ulat dan belatung di sekujur tubuhnya.

Ini dunia asing! Dunia yang senantiasa menanggapi suasana apapun dengan diam—dengan hening—dengan mengasingkan diri. Bahkan mayat-mayat itu sekalipun yang hanya bisa sabar mendengar gunjing dan cibiran yang mengalir dari tetangga-tetangganya yang mungkin dulu menghormatinya. Namun, di dalam keterasingan—dalam keheningan itulah kita bisa bercengkrama leluasa dengan Tuhan, atau hanya sekedar merenungi nasib yang tidak kunjung berpihak.

Begitulah keterasingan. ‘Mengapa kita harus benci diasingkan?’ Atau, ‘mengapa kita yang harus menjadi pelaku dalam upaya mengasingkan orang lain?’ Atau juga ‘mengapa kita harus selalu bertanya tentang hal-hal yang membuat orang mengasingkan atau diasingkan?’ Toh, pada kehidupan setelah mati—di alam kubur, atau di padang Mahsyar kita pun akan berjalan sendiri-sendiri bukan? Setiap pertanyaan Tuhan pun akan dijawab per-individu, bukan komunal. Jadi, mengapa harus takut dengan keterasingan?

Mengasingkan atau terasingkan dari hidup adalah salah satu pilihan yang mau tidak mau harus kita pilih salah satu—atau kedua-duanya. Ingat, di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin bukan? Karena, keterasingan hidup adalah pilihan, maka kita pun patut untuk menghormati orang-orang yang memilih jalan tersebut. Ini mungkin merupakan bagian dari salah satu cita-cita demokrasi yang menempatkan perbedaan bukanlah suatu permasalahan yang harus dianggap penting. Justru ketika kita diseragamkan—mungkin dengan nilai-nilai tertentu, hal inilah yang kerap menimbulkan suatu masalah. Maka, kita pun menjadi seperti robot, yang mudah dikendalikan akibat penyeragaman tadi. Dan akhirnya kita harus mengakui bahwa keterasingan merupakan sebuah hak asasi yang dimiliki manusia, sejajar dengan hak-hak manusia lainnya.

Manusia dan Tanggung jawab serta pengabdian - Pengorbanan

Pernah ga kita melakukan yang namanya pengorbanan? Pasti pernah dong.... Bahkan kita tidak sadar bahwa sebenarnya tindakan yang kita lakukan adalah sebuah pengorbanan. Kalo kita pikirkan sekali lagi sebenarnya pengorbanan itu suatu hal yang baik atau buruk sih? Tentu hal itu akan sangat tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya.

Yang jelas, menurutku pengorbanan bisa kita nilai hal yang buruk ketika tidak ada tujuannya. Betapa banyak orang berkorban demi sesuatu yang tidak sebanding dengan besarnya pengorbanan tersebut. Tentu kita harus memikirkan betul apa dan bagaimana serta akibatnya dari pengorbanan yang akan kita lakukan. Misalnya saja, kita rela lembur bermalam-malam untuk mengerjakan laporan praktikum untuk mendapatkan nilai yang baik. Tentu hal itu pantas untuk dilakukan.

OK. Aku pengin menghubungkan pengorbanan tersebut dengan kesuksesan. Kesuksesan ternyata bukan hal yang gratis, ada suatu hal yang harus dibayar untuk mendapatkannya, yaitu pengorbanan. So, jika kita ingin mendapatkan kesuksesan maka kita harus menemukan dulu apa yang harus dibayarkan untuk mendapatkannya. Bukan hal yang sulit sih sebenarnya tetapi membutuhkan komitment serta disiplin yang tinggi untuk melaksanakannya.

Contoh, jika kita ingin mendapat nilai yang baik pada salah satu mata kuliah yang kita ikuti. Bukan hal yang rumit untuk menemukan apa yang harus kita bayar untuk mendapatkan kesuksesan tersebut, yaitu belajar yang giat. Pelaksanaannya? Itu yang mungkin bagi sebagian orang sulit.

Pengorbanan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan kesuksesan, artinya semakin besar kesuksesan yang kita inginkan maka semakin besar pula pengorbanan yang harus kita berikan. So, apa sih kesuksesan paling besar di dunia ini? Tak semua orang menyadarinya. Hal itu yang mungkin kemudian membuat beberapa orang terkesan hidupnya tanpa arah.

Manusia dan Tanggung jawab serta pengabdian - Kewajiban

Seorang ayah memarahi anaknya, karena sang anak malas belajar sehingga hasil raportnya sangat tidak memuaskan. Sang ayah menjelaskan tentang hak dan kewajiban, dimana kewajiban seorang ayah untuk menyekolahkan anaknya karena ini merupakan hak dari sang anak untuk dapat belajar di sekolah. Setelah sang anak menerima haknya untuk dapat belajar disekolah, maka sang anak mempunyai kewajiban untuk belajar dengan baik di sekolah.

Saya sendiri harus mengakui betapa baiknya cara pengajaran yang diberikan oleh sang ayah tersebut, sayapun mengambil hikmah positif terhadap kasus diatas.

Alam Semesta telah menjalankan kewajibannya tanpa pernah terhenti. Lihatlah matahari tidak pernah berhenti bersinar, malam dan siang selalu berputar silih berganti, pohon-pohon tidak pernah berhenti berbunga, dan seluruh kegiatan alam tidak pernah berhenti sebagai mana alamiahnya. Bilamana satu proses alam terhenti, maka dunia akan menjadi kacau balau. Sungguh tidak terbayang apa yang terjadi bilamana matahari tidak lagi bersinar, pasti semua mahluk akan musnah.

Bersyukurlah bahwa alam semesta tidak pernah lalai dalam menjalankan kewajibannya, dan sungguh suatu berkah yang luar biasa bagi para mahluk untuk dapat menerima haknya yang tidak terbatas.

Kita telah menerima apa yang menjadi hak kita, tetapi apakah kita telah melaksanakan seluruh kewajiban kita ? Bilamana kita jujur terhadap diri sendiri, mungkin kita harus mengakui bahwa: jangankan untuk menjalankan kewajiban, kita sendiri belum tentu paham dengan apa dan bagaimana kewajiban kita sebenarnya.

Untuk mengetahui kewajiban kita, kita harus memahami bahwa alam semesta ini terbentuk karena Zat Yang Maha Tunggal. Zat Yang Maha Tunggal ini kita namakan Yang Maha Esa, dan Dialah yang menciptakan Alam Semesta dan segalanya. Alam Semesta tidak pernah berhenti menjalankan kewajibannya atas kehendakNya, sehingga kita tidak pernah berhenti untuk menerima hak kita.

Sekarang saatnya bagi kita untuk menjalankan kewajiban kita terhadapNya. Atau kita akan berpura-pura tidak mengetahui apa yang menjadi kewajiban kita terhadapNya.

Walaupun kita telah dewasa, kadang-kala secara tidak sadar kita selalu bertingkah laku seperti anak kecil. Walaupun orang tua telah menyekolahkan kita, kadang kita tidak perduli dengan kewajiban kita untuk belajar dengan baik. Walaupun Yang Maha Esa telah memberikan berkahnya di alam semesta, para mahluk tidak perduli dengan kewajibannya.

Apakah kita akan menjadi orang tua yang munafik terhadap anak kita ? Dimana kita mengajarkan anak kita untuk memahami hak dan kewajibannya, tetapi diri kita sendiri hanya menerima hak dan tidak perduli dengan kewajiban kita terhadap Yang Maha Esa.

Manusia dan Tanggung jawab serta pengabdian - Kesadaran

Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia. Manusia dalam melahirkan cinta untuk semua merupakan jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang dari yang lain. Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia bahkan yang membedakan manusia dengan binatang. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati diluar keinginannya. Kesadaran manusia ia akan mati mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan mendahuluimya , kesadran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, eksistensi tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi gila bila tak dapat melepaskan diri dari penjara tersebut.

Manusia dan Pandangan Hidup - Kebajikan

Liputan6.com, Padang: Pemerintah Malaysia kembali menyumbangkan bantuan bahan makanan kepada korban gempa bumi di Padang, Sumatra Barat, Selasa (28/10). Sumbangan tersebut berasal dari Badan Amal dan Kebajikan Tenaga Istri (BAKTI) Menteri-Menteri dan Timbalan Menteri Malaysia. "Bantuan bahan makanan senilai Rp 150 juta ini datang pagi tadi bersama dua unit pesawat khusus Hercules ke Padang," kata Fauzi Omar, Konsul Jenderal Malaysia seperti dilansir ANTARA.

Bantuan ini merupakan bantuan lanjutan dari pemerintah Malaysia yang telah membantu sejak pekan pertama gempa di Sumbar. Hingga saat ini Malaysia telah mengirimkan bahan pokok sebanyak 18 kali dengan pesawat khusus. Mereka juga mengirim 15 tim relawan medis dan 70 tenaga teknis yang langsung bergerak ke lokasi bencana.[baca: Malaysia Bantu Korban Gempa Sumbar].

Pejabat Sementara Gubernur Sumbar, Marlis Rahman, mengatakan bantuan tersebut sangat bernilai dan dihargai masyarakat Sumbar. Ia menginformasikan, gempa pada 30 September 2009 silam mengakibatkan korban meninggal 1.195 orang, 119 unit rumah hancur, 2.114 gedung sekolah rusak berat, dan 235 sarana kesehatan juga hancur.

Terdapat pula sejumlah kerusakan lain seperti 246 unit perkantoran, 170 ruas jalan, 15 jembatan, dan 144 sistem irigasi. "Ditambah dengan 241 unit rumah hilang hingga 27 kebakaran terjadi di Kota Padang," ucap Rahman.(YUS)

sumber : berita.liputan6.com

Manusia dan Pandangan Hidup - Cita-Cita

Liputan6.com, Wamena: Perjuangan seorang gadis asal Wamena, Papua, yang berjuang meraih cita sangat menggugah hati. Terjalnya jalan, curamnya perbukitan, dan dalamnya sungai, tidak menjadi halangan baginya untuk bersekolah. Salomina adalah inspirasi bagi pemirsa Liputan 6 SCTV.

Pukul 4 pagi, ketika dingin menusuk, Salomina sudah bergegas berangkat ke sekolah. Perjuangan pun dimulai. Dari menyisiri jalan hingga berenang menyusuri dalamnya sungai. Dua jam perjalanan ditempuh, Salomina pun sampai di SMA Negeri 1 Asologaima. Impiannya menjadi dokter tak bisa dibendung, meski orangtuanya yang juga kepala suku setempat tak tahu dari mana biaya bisa didapat.

Tapi Tuhan tidak tidur. Impian Salomina terjawab. Perjuangannya menginspirasi banyak orang. Termasuk, seorang pemirsa yang menguliahkan Salo di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Meski kini ia putus kuliah karena ayahnya meninggal dan memaksanya pulang ke kampung halaman, Salo tetap tak pernah berhenti bermimpi.

Hari ini, satu lagi impian Salo terwujud. Ia bertandang ke redaksi Liputan 6 SCTV, dan menambah pengalamannya untuk terus maju meraih cita-cita setinggi langit.(PAG/SHA)

sumber : berita.liputan6.com

Manusia dan Keadilan - Perlakuan yang tidak Adil

Makassar, Kompas - Para pejabat di Kawasan Timur Indonesia meminta pemerintah pusat berlaku adil dan konsisten memerhatikan kesejahteraan rakyat, termasuk daerah perbatasan. Jika syarat itu tidak diindahkan, kalangan pejabat sepakat menolak program nasional yang dicanangkan oleh pusat.

”Kami tak akan menandatangani perencanaan nasional jika perencanaan itu tidak meningkatkan atau membangkitkan KTI (Kawasan Timur Indonesia) sebab wilayah KTI ini meliputi 62 persen wilayah RI. Kami sudah membuat forum KTI dan bulan depan akan ada pertemuan untuk mematangkan perencanaan kami,” kata Tan Malaka Guntur, Kepala Bappeda Sulawesi Selatan, pada pembukaan Diskusi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Berbasis Sumber Daya dan Kontribusinya untuk Pembangunan Nasional di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/2).

Diskusi yang diselenggarakan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (Bakti) bekerja sama dengan harian Kompas tersebut dibuka Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal HA Helmy Faishal Zaini.

Ungkapan Tan Malaka itu diakuinya sebagai wujud ekspresi kekecewaan, sekaligus permintaan agar pemerintah pusat benarbenar memerhatikan KTI, yang perkembangannya sangat timpang dibandingkan kawasan barat. ”Kami akan memperjuangkan usulan kami dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional,” kata Tan Malaka.

Ungkapan Tan Malaka itu selaras dengan harapan Ketua Kelompok Kerja Forum KTI Winarni Monoarfa dan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Andi Suruji, dalam sambutannya pada acara itu. Keduanya menekankan agar pemerintah pusat benar-benar berkomitmen menyejahterakan masyarakat KTI.

Helmy Faishal Zaini dalam sambutannya menilai percepatan pembangunan KTI menjadi kunci pencapaian tiga target pembangunan nasional lima tahun mendatang. Percepatan pembangunan KTI membutuhkan sinergi dari setiap pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, masyarakat, maupun lembaga donor dan lembaga swadaya masyarakat.

Helmy menyebutkan, ketiga capaian yang menjadi target pembangunan nasional lima tahun mendatang adalah pertumbuhan ekonomi 27 persen, pengurangan angka kemiskinan dari 14 persen menjadi 8 persen, dan pengurangan angka pengangguran terbuka.

”Pemenuhan tiga capaian itu memerlukan kebijakan pemerintah, yang bersinergi dengan kebutuhan pemangku kepentingan lainnya. Hingga kini masih ada 183 kabupaten daerah tertinggal, dan 128 kabupaten di antaranya berada di KTI. KTI masih menghadapi masalah lemahnya kerja sama antarpemangku kepentingan. Juga butuh banyak pembangunan infrastruktur,” katanya.

Selain memprioritaskan pembangunan KTI, kata Helmy menambahkan, pihaknya juga memprogramkan percepatan pembangunan kawasan perbatasan.

”Dari 37 kabupaten di perbatasan, 26 di antaranya terkategori sebagai daerah tertinggal. Selain itu, percepatan pembangunan juga harus dilakukan di daerah rawan konflik. Percepatan pembangunan antara lain dilakukan dengan melakukan intervensi sosial di kawasan pedesaan, juga menangani ketimpangan persebaran penduduk pedesaan dan perkotaan,” kata Helmy.

sumber : kompas.com

Manusia dan Keadilan - Rasa Keadilan

Jakarta, Kompas - Wajah Aris (13) tampak memelas. Kulit hitamnya menunjukkan bahwa ia hidup di jalanan. Meski masih belia, Aris bakal melalui masa remajanya di dalam sel Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang, Banten. Ia dihukum lima tahun penjara karena terbukti mencuri telepon genggam dua bulan lalu.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, yang bertemu Aris di LP Anak Tangerang, pekan lalu, terperanjat. Ia tidak menduga Aris yang belia dihukum berat walau hanya mencuri sebuah telepon genggam. ”Ia akan menghabiskan masa remajanya di penjara. Ini sangat memprihatinkan,” kata Patrialis.

Dalam kunjungan sebelumnya di LP Anak Tangerang, Desember 2009, Patrialis juga menemukan empat anak berusia 10 tahunan dihukum 3-4 tahun karena terlibat berbagai kejahatan. Padahal, semestinya anak-anak itu tak perlu menjalani hukuman di penjara, dan dikembalikan kepada orangtuanya.

Menurut sosiolog Kastorius Sinaga di Jakarta, Minggu (14/2), cerita anak-anak yang terpaksa mendekam di penjara itu kian menggambarkan ketidakadilan yang dirasakan rakyat miskin di negeri ini. Aris dan kawan-kawan adalah korban penerapan hukum yang mengabaikan rasa keadilan.

Ia membandingkan hukuman bagi Aris dengan Robert Tantular, pemilik Bank Century, yang juga dihukum lima tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Bahkan, di tingkat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Robert sebelumnya dihukum empat tahun penjara.

”Kita perlu benar-benar mendesak agar penegakan hukum di negeri ini dapat memberikan rasa keadilan, menimbulkan efek jera, dan memberikan jaminan kepastian hukum,” tutur Kastorius, yang juga Direktur Eksekutif Centre for Information and Law Economic Studies itu.

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Minggu, secara terpisah di Jakarta, mengaku pula sangat prihatin terhadap sejumlah peristiwa hukum yang belakangan sering menyinggung rasa keadilan masyarakat. Cerita pemidanaan terhadap ”kenakalan” anak di Surabaya atau hukuman bagi Nenek Minah yang diduga mencuri kakao terjadi saat penegak hukum menerapkan hukum seperti apa yang tertulis. Penegak hukum berperilaku seperti itu terutama saat berhadapan dengan pelanggar dari kalangan masyarakat kelas bawah dan miskin. Sementara pada pelanggar hukum yang berasal dari kalangan mampu, baik secara finansial maupun memiliki akses pada kekuasaan, penegak hukum tidak melakukan hal serupa, bahkan cenderung mengatur sedemikian rupa supaya hukum bisa lebih menguntungkan bagi pelanggar jenis itu.

Dalam pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Islam Indonesia, Mahfud mendesak penegak hukum lebih mendahulukan kebenaran substantif dalam menegakkan hukum. ”Hukum kita saat ini memang tengah mengalami persoalan besar, terutama ketika orang kecil yang berurusan dengan hukum, aparat langsung memberlakukan bunyi hukum secara formal. Seorang nenek yang dilaporkan mencuri tiga buah kakao bisa langsung ditangkap dan diproses sampai ke pengadilan,” ujarnya.

Namun, jika pelaku adalah orang mampu atau memiliki akses ke kekuasaan, unsur dalam undang-undang coba disamarkan atau dicari-cari aturan yang seakan-akan membenarkan tindak pidana itu. Akibatnya, terjadilah banyak kasus yang dinilai sangat memprihatinkan seperti ketika seorang pengendara sepeda motor ditangkap dan diadili karena dianggap lalai sehingga menyebabkan kematian istrinya. Padahal, ia juga korban kecelakaan itu. Rasa keadilan masyarakat juga terluka.

”Apalagi saat melihat dalam kasus besar, yang jelas pelakunya ada dan keuangan negara dibobol, penegak hukum malah sibuk bicara soal unsur hukum formal, yang katanya belum terpenuhi, sehingga kasus besar itu tak kunjung selesai,” ujarnya.

Patrialis juga berkeinginan hukum substantif ditegakkan di negeri ini. Anak-anak yang berusia 10 tahun tidak semestinya dipenjara, apalagi jika kejahatan yang dilakukannya tidak mengancam keselamatan orang lain.

”Saya juga prihatin, ada nenek yang sudah sakit-sakitan masih harus masuk lembaga pemasyarakatan,” paparnya. Padahal, semestinya mereka bisa tak perlu menjalani hukuman di penjara.

sumber : kompas.com

Manusia dan Pederitaan - Kehilangan yang di cintai

Kehilangan cinta sama dengan kita kehilangan hampir separuh dari kehidupan kita. Jika kita tidak punya cinta, akan sulit mengekspresikan keinginan, harapan dan juga sesuatu yang bisa kita berikan pada orang lain. Jika cinta tidak hadir, kita tidak akan menjadi orang yang seperti sekarang.
Mengapa? Orang tua mempunyai cinta, kesabaran dalam mendidik dan membimbing kita hingga kita menjadi besar seperti sekarang ini. Kemudian kita mempunyai saudara-saudara yang menyokong dari belakang atas segala semangat yang ada yang membantu kita untuk berdiri.
Bagaimana bila kita kehilangan cinta yang lain? Cinta pada makhluk-Nya atau pada Allah?
Jika ditolak atau tidak diterima, tidak usah takut dan cemas...karena Allah SWT masih mencintai kita semua. Saat kita berpaling dengan mencintai yang lain dalam keadaan semu, cinta Allah selalu hadir tanpa pernah berkurang sedikitpun.

Bahkan Allah senantiasa menanti kehadiran kita untuk menghadap-Nya, bersujud dan berdo’a kepada-Nya.
Bagaimana jika cinta kita tidak bisa ber-bentuk? Berarti kitalah sebenarnya yang tidak mengetuk hati kita untuk mencintai.
Hal itu fitrah bagi kita, tetapi bagaimana kemudian mengemudikannya agar sesuai dengan jalan yang sudah ditetapkan-Nya? Karena itulah kita harus terus belajar untuk mencintai-Nya dan dari sana terbentuk cinta kepada makhluk-Nya karena mengharap ridlo-Nya semata.
Masih bingung dengan urusan cinta? Tanya saja dengan hati kita sendiri? Dan juga pada yang ahli...agar cinta kita tidak salah kaprah dan berjalan di jalan yang tidak diridloi-Nya.
Jangan-jangan kita telah banyak melupakan Allah, sehingga cinta itu tidak hadir dan hinggap untuk memberikannya pada yang lainnya.
Dari cinta itu, jika kita ingin mengetahui...di sana, terlahir ukhuwah yang tiada habisnya. Terlahir generasi-generasi yang penuh didikan cinta yang berjalan di indahnya jalan cinta menuju-Nya.


Jadi, mengapa masih suka marah tanpa sebab? Mengapa masih suka mengeluh dengan urusan yang remeh temeh? Mengapa mempersoalkan sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cinta damai?


Tak perlu berdebat panjang karena perbedaan, bukan? Perbedaan itu adalah menyatukan kita seharusnya. Kita lihat banyak perbedaan, namun mereka saling melengkapi. Ada darat dengan lautan, ada bumi dengan langit, ada pasangan-pasangan berbeda yang bersatu disana.
Masihkah belum hadir juga cinta itu dengan melihat bukti kebesaran cinta-Nya?
Jika demikian, selamat mencari hingga dapat. Jika sudah dapat, berikan cinta itu kepada yang berhak menerimanya dengan cara yang ihsan.
Tetapi cinta hakiki, tetap adalah cinta pada Illahi Rabbi – cinta yang abadi...


sumber : http://muslima10.multiply.com

Manusia dan Pederitaan - Penyesalan

JAKARTA, KOMPAS.com -- Vokalis Sigit Wardhana masih berduka akibat kehilangan sang bunda, Katarina binti Soedibjo, yang meninggal dunia pada 18 April 2010 lantaran sakit kanker ovarium. Kendati telah ikhlas, Sigit mengaku menyesal karena masih belum bisa cukup membahagiakan sang ibu.

"Saya belum cukup membahagiakan, Ibu malah sudah dipanggil. Sebenarnya takaran membahagiakan orangtua memang enggak ada batasnya ya," kata mantan personel grup Base Jam yang berkarier sendiri ini ketika ditemui di Jakarta, Senin (17/5/2010).

Sigit mengungkapkan, ia ingin memberangkatkan ibunya naik haji. Namun, hingga ibunya meninggal dunia, rencana itu belum terealisasi. "Pengin menaikkan haji ibu saya, tapi belum saatnya sudah dipanggil," ujar pemain sinetron ini.

Dikatakan oleh Sigit, banyak kesan yang ditinggalkan oleh almarhumah kepada dirinya untuk dijadikannya pelajaran berharga. Di antaranya, bagaimana belajar menghadapi hidup. "Gimana cara nyokap mendidik saya sampai besar. Awalnya ya enggak terasa. Pas berkeluarga, saya mengerti manfaatnya gimana," tuturnya.

Sigit menjelaskan, sebenarnya ibunya sedang menjalani pengobatan penyakitnya. Namun, tiga minggu sebelum meninggal dunia, sakitnya semakin parah, karena terdapat cairan yang menjalar ke bagian organ vital, sehingga membuatnya sulit bernapas. "Ada cairan yang membuatnya sesak napas. Ibu dirawat di Rumah Sakit Dharmais selama tiga minggu. Di kamarnya sendiri empat hari. Di ICU dua minggu," tutupnya

sumber : kompas.com

Manusia dan Pederitaan - Nasib Buruk

saya punta cerita cerpen nih...^^mohon di baca yah^^
1.Benang Merah
Pada ranah darul asbab (sebab-akibat) rentangan nasib manusia merupakan hasil tarik-menarik antara kemampuan ikhtiar manusia dengan ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa, pengendali kuda takdir. Dalam lembah inilah kita dianjurkan Tuhan agar berusaha dan berdoa. Setelah itu barulah Tuhan membuka pintu perubahan nasib. Sementara pada tingkat darul hakikat, semuanya tunduk dan berlaku sesuai dengan kehendak Tuhan

Apapun yang terjadi pada jagad raya ini, semuanya telah tercatat dalam kitab yang terpelihara di sisi Tuhan. Manusia pada hakikatnya tidak dapat memutus dan menentukan tanpa intervensi kekuasaan Allah. Sebab, jika manusia dapat berbuat tanpa kudrat dan iradat Allah, tentulah Dia kehilangan kekuasaan-Nya. Itu mustahil. Maka, segala sesuatu di alam semesta ini berada dalam genggaman-Nya, taat dan patuh serta bertasbih kepada-Nya siang dan malam. Dia bertindak tanpa sebab, karena tidak terikat dan punya kepentingan kepada apapun juga. Manusia ciptaan Tuhan itu sesungguhnya hanya tempat lalu-lalang kudrat dan iradat Allah. Begitulah kemahasucian, keagungan dan keperkasaan Allah.

Lintasan hidup manusia pada ranah sebab-akibat dan darul hakikat ini cukup menarik disimak dalam kumpulan cerpen Griven H Putera yang bertajuk Tenggelam. Dalam karangan ini dapat dikesan bagaimana bayangan puak Melayu di Riau menghadapi medan hidupnya. Mereka merenangi dua arus yang sedang berubah dengan cepat, dengan kemampuan yang relatif lemah.

Pertama, arus masa silam dengan keadaan alam semula jadi yang dipelihara oleh sistem adat bersendi syarak dengan menampilkan pemegang teraju kepemimpinan yang mampu menenggang rasa sehingga kokoh memegang amanah. Kedua, arus masa kini dengan alam yang sudah rusak-binasa karena memakai sistem kuffar yakni demokrasi (yang menuhankan penguasa) kapitalisme (serakah), sekulerisme (yang menentang hukum Allah) sehingga menampilkan pemimpin yang zalim lagi munafik.

Puak Melayu di Riau, berada antara dua rentangan itu. Kembali ke masa silam, suatu hal yang mustahil. Tetapi maju ke depan harus menghadapi tantangan, cobaan, bahkan ancaman dunia serta dosa yang belum tentu tertanggungkan di akhirat. Sungguh suatu medan hidup yang dahsyat, yang belum tentu dapat dilalui dengan selamat di dunia dan aman dari siksa di akhirat.

Kumpulan cerpen bertajuk Tenggelam karya Griven H Putera yang terbit tahun 2005, cukup menarik dalam perbincangan ini. Kehadirannya bisa menyentak perhatian kita, karena Tenggelam memberikan sentuhan dunia Melayu yang beragama Islam. Nuansa serupa itu sudah sangat langka 50 tahun belakangan ini, dalam belantara sastra Melayu di Riau. Selama ini nuansa atau nafas keislaman itu memang masih mengalir dalam dunia kreativitas pengarang. Tetapi semangatnya tidak begitu panas sehingga gaungnya tidak begitu jauh. Kesannya seperti tempias dalam hujan lebat kegiatan kreatif.

Kemudian daripada itu, kumpulan cerpen Tenggelam dapat lagi diperhatikan dari beberapa arah. Pertama, pengarangnya Griven H Putera, ternyata menempuh pendidikan perguruan tinggi Islam, yakni IAIN Susqa yang kemudian menjadi UIN Susqa, sampai tingkat pasca sarjana. Hal ini tentu dapat memberikan muatan ilmu Islam yang memadai bagi dirinya. Kedua, pengarang cerpen ini bekerja pula sebagai penyuluh agama di Kabupaten Pelalawan. Dengan lapangan kerja serupa itu, pengarang tentu dapat menghayati berbagai suasana kehidupan puak Melayu Petalangan di Pelalawan.

Puak Melayu Petalangan niscaya menjadi misi kehidupan yang akan menarik perhatian. Sebab, inilah masyarakat adat puak Melayu yang luas mewarisi rimba belantara, sebagai hasil kearifan leluhur mereka memelihara alam semula jadi, dengan panduan adat yang berpijak kepada agama Islam. Sekarang, belantara itu sudah berkecai-kecai, oleh tangan kekuasaan yang zalim mengikuti selera pemilik modal yang serakah, didukung oleh alat negara yang khianat serta orang bagak yang brutal. Keadaan itu cukup membekas dalam rangkaian cerita pendek Tenggelam.

Rangkaian cerita pendek dalam Tenggelam menarik lagi dibaca, karena sebagian besar jalan cerita mendedahkan bagaimana gambaran tokoh cerita telah berikhtiar demikian rupa, memperbaiki jalan hidup sesuai dengan harapannya. Tapi bagaimanapun juga, tidak semua ikhtiar mendatangkan hasil sesuai dengan harapan. Sebagian lagi kandas. Inilah bukti kekuasaan Tuhan.

Keputusan nasib manusia pada kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, walaupun mungkin terasa amat berat, namun harus diterima dengan lapang dada. Sungguh, keimanan terhadap nasib buruk amat berat sekali bagi manusia. Betapapun juga, jika manusia ingin selamat dalam ridha Allah, dia harus menerimanya dengan ikhlas. Sebagai bukti, bahwa manusia itu memang tidak lain daripada seorang hamba, yang akan kembali kepada Tuhannya, baik suka maupun terpaksa.

Menerima ketentuan Allah dengan ikhlas, membuat hidup ini punya makna. Menolak dan menantang adalah perbuatan konyol. Sebab, bagaimanapun juga manusia tidak punya daya dan kekuatan di hadapan Allah. Tanpa rahmat Allah, sesungguhnya manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Allah memberi nasib baik dan buruk adalah untuk menguji umat manusia itu sendiri. Hanya yang tahan uji yang akan dapat mendekat kepada Maha Pencipta. Inilah yang akan mendapat kemuliaan dan kebahagiaan yang tak akan pernah luntur. Sisi ini juga menjadi kepingan dalam berbagai belahan cerpen Tenggelam.

Dalam kumpulan cerpen Tenggelam pengarang telah membentangkan bermacam jalan nasib yang ditempuh, melalui gambaran tingkah laku serta alam pikiran tokoh cerita. Mereka menghadapi cabaran alam yang telah rusak binasa, oleh ulah perbuatan tangan yang ceroboh. Ada lagi yang berhadapan dengan pemegang kekuasaan yang zalim lagi munafik. Sementara banyak lagi yang bernasib malang oleh permainan makhluk serakah. Tapi ironinya, jalan nasib yang terjadi itu, justru terjadi atas nama undang-undang yang berlaku, buatan manusia itu sendiri.

Jika ditarik ke selasar, rupanya jalan nasib berupa penindasan dan penderitaan yang menimpa umat manusia, kerena mereka tidak memperhatikan panduan, perintah dan aturan kehidupan yang telah disampaikan Allah dalam Alquran, melalui Rasul-Nya junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Umat manusia tidak memperbaharui hidupnya dengan Alquran, tetapi dengan akal pikirannya yang buat. Banyak umat manusia yang memandang agama itu sebagai perintang, membuat rasa hidupnya kurang nyaman. Maka perintah dan hukum dari Allah dan Rasul-Nya dicampakkan. Diganti dengan perintah dan hukum buatan manusia, agar mereka dapat memuaskan hawa nafsu yang liar tanpa batas. Lalu bagaimana akibatnya? Kehidupan manusia jadi Tenggelam.

Manusia dan Keindahan - Eksistensi/keberadaan diri

Apa sich eksistensi diri itu?

Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi memberikan berbagai kemudahan namun dampak negatifnya justru jauh lebih besar. Orang muda menjadi individualis, konsumtif dan kehilangan daya kritis. Bahkan orang muda mengalami krisis moral dan iman. Situasi ini semakin diperparah oleh lemahnya pendampingan dari keluarga dan masyarakat.

Membangun Kesadaran Diri
Siapakah aku ini? Aku perlu mengenal kekurangan dan kelebihan diriku, bagaimana caranya? Banyak cara untuk mengenal diriku lebih dalam: refleksi diri, kritik antar teman, membaca buku-buku kepribadian(buku-buku ini menghantar mengenal pengembangan diri pribadi kita).
Mau menjadi apa aku ini? Setiap orang pasti punya cita-cita, baik di waktu kecil, atau di saat sudah beranjak dewasa, kita akan mencari tahu kira-kira talenta/bakat apa yang kumiliki? Setiap talenta, bukan sekedar untuk pemuasan kebutuhan pribadi, tetapi bagaimana talenta itu dapat pula berguna bagi orang lain.
Talenta kita merupakan pilihan, di situlah kita berpikir dan bertindak: Untuk apa aku bertindak? Untuk siapa aku bertindak? Bagaimana hal itu menjadi pilihanku? Di saat kita memilih, kita akan selalu mencari motivasi apa yang bisa aku lakukan bagi sesamaku.
Apapun pilihan Anda, tetaplah semangat untuk selalu tekun menjalaninya... Hidup merupakan sebuah pelatihan yang akan terus menerus diberi arti dan dimaknai...

Dengan demikian, hal yang dipaparkan pada paragraf kedua tulisan ini semakin lama akan semakin kita kikis perlahan-lahan... Semoga!

Manusia dan Keindahan - Introspeksi Diri

MEDAN – Banyaknya pembatalan Peraturan Daerah baik dari tingkat provinsi hingga ke tingkat kota/kabupaten oleh pemerintah pusat, yang dilakukan karena tidak sinkronnya isi Perda tersebut dengan peraturan yang terdapat diatasnya, membuat para jajaran pemerintah daerah harusnya melakukan introspeksi terhadap kinerja mereka selama ini.

Selain ketidaksamaan antara Perda dan peraturan lainnya, seringkali juga ditemukan Perda yang dinilai menghambat investasi di daerah, dan kurang berpihak pada publik.

Menurut fekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Hidayatullah, mengatakan, semestinya dalam setiap pembuatan Perda, Pemda harus terlbih dahulu dilakukan pengkajian yang matang dan dibuat berdasarkan pertimbangan yang cermat dan dibarengi semangat untuk kepentingan rakyat.

“Bukan hanya karena mengejar target, sehingga mengabaikan kualitas, dan akhirnya regulasi tersebut dipermasalahkan dan dibatalkan,” kata Hidayatullah, kepada Waspada Online, tadi malam.

Dalam pembuatan Perda sendiri, pihak pemerintah daerah harus benar-benar melakukan berbagai pertimbangan dengan baik. Selain itu, dalam setiap pembuatan Perda harus juga melalui pertimbangan yang matang lainnya, seperti adanya kajian akademis yang benar-benar berkualitas dan memiliki kredibilitas yang terjamin.

“Harus ada tim akademis yang independen dan berkualitas, sehingga mereka benar-benar bisa mengkaji dan meneliti daam pembuatan Perda. Hal ini sangatlah penting, jadi tidak hanya karena dibayar untuk membuat rekomendasi yang sesuai dengan keinginan pemerintah,” tegasnya.

Untuk itulah, pembatalan perda yang telah menghabiskan telah cukup banyak menghabiskan uang rakyat ini, harus menjadi momentum bagi pemda untuk mengevaluasi dan introspeksi diri dengan serius pada proses pembuatan Perda.

“Fakta ini juga menunjukkan bahwa selama ini pembuatan Perda dilakukan tanpa pertimbangan yang mata. Mungkin hanya karena adanya pesanan kepentingan,” nilai anggota Komisi C ini

sumber : http://www.waspada.co.id/

Manusia dan Cinta Kasih - Persaudaraan

Orang bilang, dunia ini panggung sandiwara. Di sana berlangsung drama besar hidup manusia. Dengan tiap diri selaku pemain utama. Dengan peran masing-masing yang saling berbeda. Dengan penampilan yang bukan jati diri sebenarnya. Dengan bersembunyi di balik polah aneka rupa. Sebagai wujud pelarian diri yang terlunta-lunta. Akibat jalan hidup gelap-gulita. Sebab menghindari sinar terang ilahi sebagai penuntun hidupnya …!

Hingga, jangan heran kalau hubungan antara sesama … hubungan antar manusia, antar pribadi … antara kau dan aku … jarang bisa bersua. Malah, bukan suatu yang mustahil, kita tak ‘kan pernah saling saudara. Dalam sebuah persaudaraan yang sejati.

Yaitu persaudaraan dimana “engkau” bukan lagi seorang “asing”, seorang “dia”. Persaudaraan dimana “engkau” bukan lagi orang “antah-barantah” yang kebetulan bertatap muka. Bukan lagi persaudaraan karena engkau berguna buat saya. Bukan lagi persaudaraan karena kau dan aku sering jumpa. Bukan lagi persaudaraan lantaran kita saling menyapa. Bukan pula persaudaraan lantaran kita pintar menjawab salam. Bukan pula persaudaraan lantaran kita satu tempat teduh, satu organisasi ataupun satu bangsa. Apalagi lantaran mahir bersandiwara!

Tapi, lebih dari segala itu. Lebih dari sekedar saling sapa. Lebih dari sekedar saling jabat. Pun lebih pula dari sekedar diskusi, tarik suara. Sebab bukan suatu kemustahilan segala itu hanya pura-pura. Sekedar tenggang rasa. Sekedar ingin menunjukkan kita pun masih bisa sopan di tengah galauan massa …!

Ya, itulah persaudaraan dimana ‘kau’ dan ‘aku’ melebur jadi ‘kita’. Menyatu dalam suka dan duka. Bersatu dalam suatu kebersamaan yang dalam tapi nyata. Dengan silaturrahmi jembatan emasnya. Ia ‘kan jauh melebihi cinta. Bertahta dalam kemaujudan dan tetesan syorga. Bersemayam dalam hati insan penuh iman yang yang saling bersaudara. Di sana baru menjelma satu cita-cita. Duhai … siapa takkan iri melihatnya???!

Manusia dan Cinta Kasih - Kekeluargaan

"Masalah tersebut saat ini lagi diselesaikan secara kekeluargaan. Masih ada upaya damai kedua belah pihak. Bila sudah berdamai, istrinya akan mencabut laporan pengaduannya di Poltabes Pekanbaru," kata Kabid Humas Polda Riau, AKBP Zuklifli, dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (23/01/2010) di Pekanbaru.

Penjelasan Zulkifli ini ditanggapi berbeda keluarga Lidya. Mereka mengaku tidak pernah dilibatkan dalam upaya penyelesaian secara kekeluargaan kasus tersebut.

"Sampai sekarang kami tidak tahu kalau ada upaya perdamaikan kedua belah pihak. Kami sendiri tidak pernah dimintai dari pihak manapun untuk merujukkan mereka. Dan sepengetahun saya, Lidya sudah tidak akan rujuk lagi dengan suaminya," kata Rumi Gultom (50) ibu kandung Lidya kepada detikcom.

Sebelumnya diberitakan, Irwan menganiaya Lidya hanya gara-gara melihat pamannya ikut membersihkan rumahnya. Dia menyangka, Lidya tidak sopan karena menyuruh pamannya bekerja. Tidak terima dengan perbuatan Irwan tersebut, kasus ini kemudian dilaporkan ke Poltabes Pekanbaru dan Polda Riau.

sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/01/23/161647/1284562/10/polda-riau-upayakan-penyelesaian-secara-kekeluargaan

Manusia dan Cinta Kasih - Cinta antara pria dan wanita

Mungkinkah antara pria dan wanita terjalin hubungan persahabatan yang murni tanpa perasaan cinta? Hal ini seringkali dipertanyakan, apalagi ketika salah seorang dari mereka akhirnya mempunyai pacar, suami atau istri. Kebanyakan dari pacarnya, suami, istri-nya kurang merasa nyaman jika melihat kedekatan mereka.
Pada akhirnya, mereka pun menjaga jarak demi menjaga perasaan pasangan hidupnya. Yah, bukan berarti si pasangan itu artinya bersikap posesif. Bagaimana lagi, kemana pun pergi selalu ada sahabatnya, BB-nya pun tak pernah berhenti bunyi dan selalu nampak jendela chatting dengan “sahabatnya” itu.
Ada loh, salah seorang teman saya, sebut saja namanya Santi yang pada akhirnya malah beralih hati ke sahabatnya, Tony dan meninggalkan pacarnya yang sudah menjalin hubungan tahunan lamanya. Salahkah Santi dan Tony?

Kita cuma berteman kok!

Bagi pria yang sedang putus cinta, nampaknya tidak mungkin untuk curhat ke teman pria juga dan menangis sesenggukan di bahunya (owhh no!). Pada umumnya, pria hanya bersikap simpati dan dengan cepat mengarahkan ke pembicaraan super realistis-nya, sebab dan akibat, serta kesimpulan singkat. Sekian.
Berbeda dengan teman wanita, bisa jadi dia akan memberikan coklat panas, mendengarkan dengan teliti, lebih berusaha untuk memahami perasaannya dan memberikan nasihat yang bisa menghibur.

Demikian juga bagi sebagian wanita, ada kalanya merasa kurang ketika sahabat wanitanya terus menerus membicarakan tentang cinta, fashion, dan salon saja. Ada kalanya wanita merasa lebih lega ketika mendapat nasihat tak berbelit-belit ketika sedang dirundung masalah. Tentu saja nasihat yang lurus tak to the point itu hanya bisa didapatkan dari sahabat prianya.

Lalu apa sih sebenarnya arti dari persahabatan itu sendiri? Apakah pria dan wanita yang sedang dekat, berteman itu bisa dinamakan sahabat? Menurut saya tidak, karena sahabat tidak akan mengharapkan adanya percik percintaan di dalamnya. Tidak ada rasa menginginkan, tidak ada hasrat ataupun deg-degan ketika menatap matanya. Sahabat berbagi kesedihan dan kesenangan, kekhawatiran dan keberhasilan, bahkan rahasia-rahasia. Tapi cinta, seharusnya hanya menjadi bonus saja di hubungan tersebut. Tidak ada kok undang-undang yang melarang hubungan cinta antar sahabat. Kalau ada, nanti akan saya update lagi.

Lalu apa yang dibicarakan oleh Santi dan Tony, mana mungkin Tony tertarik dengan celoteh Santi mengenai gaya rambut yang sedang tren atau obat jerawat mutakhir-nya? Ternyata Santi bercerita mengenai keluarganya yang sedang mempunyai masalah cukup serius, masalah pekerjaannya, dan sampai mengomentari penampilan Tony yang lebih sering acak-acakan. Lalu mengapa Santi tidak cukup menceritakan semuanya itu dengan pacarnya saja? Ada beberapa hal yang terkadang tidak harus diketahui oleh pacar, suami atau keluarga. Teman seringkali bisa memberikan pendapat dan penyelesaian yang sederhana, namun tepat guna.

Memang pada akhirnya mereka pun berpacaran. Santi dan Tony, apakah mereka bersalah? Tidak menurut saya, mereka justru beruntung mendapat “bonus”. Tetapi sekalinya percintannya berakhir, ucapkan selamat tinggal pula ke persahabatan.